#LingTrip,

#LingTrip Jalan-jalan ala Backpacker ke Maldives

Wednesday, December 30, 2015 Lindaleenk 27 Comments

Perjalanan impulsif kali ini adalah tentang bucketlist kami tahun lalu, yaitu pergi ke Maladewa (Maldives). Mulanya entah bagaimana, namun terbeli saja tiket ke pulau impian tersebut. Maldives merupakan negara dengan sekumpulan pulau yang terletak di selatan Sri Lanka dan India. Apa yang ada dibenak kamu ketika mendengar kata Maldives? Resort mahal dan bungalow cantik di atas air seharga puluhan juta per malam langsung terlintas di kepala. Ternyata kamu bisa bulan madu ke Maldives dengan budget hemat, namun tetap bisa menikmati keindahan pulau Maldives lhoh!

Fyi: Cara pelafalan Maldives -[mawl-deevz/ molldivz]

travel maldives
Mission accomplished!
Memang semua resort mahal yang harganya belasan hingga puluhan juta di Maldives menempati sebuah private island yang dikelola swasta. Tapi sejak tsunami Samudera Hindia yang dulu juga menghancurkan Aceh, banyak pulau di Maldives yang hilang atau terisolasi dari dunia luar sehingga ekonominya juga terhambat. Untuk menyelamatkan ekonomi penduduk, pemerintah Maldives mengijinkan dikelolanya hotel budget atau guesthouse oleh penduduk lokal di pulau Utah dengan harga mulai USD 200. Sekarang sudah banyak pulau lokal yang menyediakan guesthouse dan hotel budget yang terjangkau untuk wisatawan backpacker. 

Bulan Mei 2015, kami berangkat dari Soekarno Hatta Airport dengan transit melalui Singapura. Kami naik penerbangan paling malam ke Changi Airport Singapore, bermalam di bandara dan melanjutkan penerbangan ke Male besok paginya. Jaraknya kurang lebih penerbangan 5 jam dari Singapore untuk sampai ke Male, ibukota Maldives. Untuk masuk ke Maldives tidak perlu menggunakan visa, alias visa on arrival, semua turis boleh masuk tanpa apply visa Maldives dan dapat tinggal maksimal 30 hari. Waktu itu kami berdua mendapat tiket promo dengan harga sekitar USD 700 untuk pulang pergi berdua dengan menggunakan Tiger Air , cukup terjangkau bukan?

Maldives Airport
Pemandangan laut biru dan pulau-pulau kecil sebelum mendarat

Mata uang resmi di Maldives namanya Rufiyaa (MVR), mirip sama mata uang Indonesia ya. :)) Rate nilai tukar Rupiah Indonesia ke Rufiyaa itu 1; Rufiyaa = IDR 887,-. (Jangan lupa update rate terbaru ketika kamu akan ke sana). Dalam berbagai transaksi, orang-orang di Maldives sudah terbiasa untuk menghitungnya baik dengan Rufiyaa maupun USD. Namun untuk berjaga-jaga tidak ada salahnya sedia beberapa lembar rufiyaa yang bisa didapatkan dari money changer atau tarik langsung dari ATM bank lokal yang tersedia di Bandara Ibrahim Nasir (Male, Maldives). Hitung perkiraan budget mata uang lokal yang kira-kira dibutuhkan, karena mesin ATM tidak tersedia selain di bandara.

Maldives mata uang
Mata uang Rufiyaa yang bernilai 1 MVR setara 887 IDR

Sebagai perkiraan persediaan uang tunai, tarif sekali makan menu standar sebesar USD 10 atau 100 Rufiyaa. Oleh-oleh magnet kulkas bekisar antara USD 4 sampai 7, dan t-shirt sekitar USD 20 hingga 35. Untuk hotel sendiri sudah kami pesan jauh hari dengan booking.com, dengan pembayaran langsung di hotel. Tips: Perhitungkan baik-baik jumlah uang lokal yang ditarik, kalau bersisa tidak bisa ditukar ke USD dan tidak laku ditukar di luar Maldives. Hanya bisa jadi kenang-kenangan seperti yang kami punya. 

Bahasa resmi di Maldives adalah Dhivehi, namun jangan khawatir karena sebagian penduduknya sudah bisa berbahasa Inggris meski sepotong-potong. Di beberapa pulau yang sudah ramai dan resort biasanya sudah banyak yang fasih berbahasa Inggris, namun di pulau lokal mungkin ada yang masih sulit berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Namun umumnya pihak-pihak yang terkait dengan pariwisata cukup baik berbahasa inggris, seperti resepsionis, pelayan restoran, atau operator kapal.

Begitu menjelang di Bandara Ibrahim Nasir Maldives saya sempat takjub, satu pulau ini isinya benar-benar hanya bandara dengan kanan kiri lautan biru. Untuk menuju ke Male, ibukota Maldives bisa menggunakan ferry lokal yang berangkat setiap 10 menit dari bandara dan dapat melanjutkan dengan ferry lain untuk menuju pulau yang diinginkan. 

Ada beberapa pilihan transportasi yang tersedia ketika turun di Bandara Ibrahim Nasir:
  1. Pesawat amfibi Trans Maldivian Airways yang langsung menuju pulau resort mewah, harga tiketnya sekitar USD 350-500/ orang sekali jalan kalau tidak salah.
  2. Speedboat menuju resort dengan biaya per orang USD 35-50.
  3. Ferry lokal yang berangkat setiap 10 menit menuju kota Male, dan disambung dengan ferry lokal lainnya untuk ke pulau yang dituju. Harga tiketnya sekitar MVR 25-30/ orang sekali jalan.
  4. Bis menuju pulau terdekat yaitu Hulhumale, opsi ini jika ingin menginap sambil menunggu keberangkatan ke pulau selanjutnya. Harga hotel disini lebih murah daripada hotel di Male. Harga tiket bis lupa berapa, tapi sepertinya ga lebih dari MVR15/ orang.
Sebenarnya pilihan transportasi ini tergantung tujuan selanjutnya. Karena kami sampai sebelum pukul 12 siang, maka kami langsung naik ferry menuju Male. Sampai di Male naik taksi menuju Villingili Ferry Terminal untuk lanjut ferry lagi menuju pulau Maafushi (biayanya sekitar MVR 25, sepertinya flat rate). Biaya taksi bisa ditawar namun jangan lebih dari USD 15. Anda akan dibawa menyusuri jalanan Male yang padat namun menarik karena ada beberapa bangunan lama yang masih dijaga keasriannya.

Villingili Ferry Terminal berlokasi di sisi lain pulau, perjalanan taksi sekitar 15 menit. Tiket ferry lokal menuju ke Maafushi hanya 20 Rufiya atau USD 2 dapat dibeli di Villingili. Ferry ke Maafushi baru akan berangkat pukul 3 waktu setempat, jadi kami masih ada waktu dua jam untuk makan siang di Male. Di sekitar Villingili Ferry Terminal banyak terdapat tempat makan. Kami memilih sebuah warung makan yang memiliki beberapa tempat terbuka di pinggiran pelabuhan, dan ajaibnya setelah kami mengenalkan diri dari Indonesia sang pemilik rumah makan menawarkan menu : Nasi Goreng! Lumayan, seporsi besar dengan harga USD 10 berbonus 1 liter air mineral.
Maldives Food
Makan Nasi Goreng di Maldives
Perjalanan siang itu menuju Maafushi sekitar 1,5 jam dari Male. Namanya juga ferry lokal, kita akan bersamaan dengan penduduk lokal dan beberapa wisatawan backpacker lainnya. Selain itu juga berbagai kebutuhan penduduk turut serta dalam kapal, seperti sayur mayur dan beberapa consumer goods untuk di bawa ke pulau lokal. Agak mengantuk dan sempat tertidur beberapa menit, selain karena malam sebelumnya tidak cukup istirahat, kami juga dibuai angin laut dan pemandangan monoton laut biru tanpa batas! Tips: Demi menghemat biaya hotel, cari penerbangan yang bisa sampai di Male sekitar pukul 12 siang waktu setempat (GMT+5 hours). Supaya bisa mengejar jadwal kapal yang menuju pulau lokal tadi.

Maldives Island
Pemandangan laut biru sepanjang perjalanan

Ada banyak pilihan ferry lokal yang menuju pulau- pulau sekitar di Villingili Ferry Terminal, biasanya rute tersebut hanya untuk satu kali keberangkatan, jadi rutenya semisal hari ini dari Male ke pulau lokal, besoknya dari pulau lokal ke Male. Harga tiketnya juga jauh dekat sama saja, untuk jadwal ferry lokal dari Villingi bisa dicek di sini.


Mendarat di dermaga Maafushi kami langsung dijemput oleh staff hotel yang sebelumnya sudah dibooking, kami menginap di Lily Rest Maldives, untuk review hotelnya nanti di postingan terpisah ya. Saat itu kami dijemput menggunakan mobil meski jaraknya hanya sekitar 100 meter dari dermaga, sedangkan beberapa hotel lain menggunakan semacam gerobak dorong untuk mengangkat koper tamu. Setelah check in kami berkeliling pulau sambil mencari pilihan aktivitas tour esok harinya. Di sini ada beberapa pilihan paket tour (aktivitas), hotel lokal pun juga menyediakan banyak pilihan tour. Pintar-pintar memilih saja disesuaikan dengan budget yang ada. Beberapa pilihan aktivitas yang ada diantaranya adalah snorkeling di pantai, diving bersama manta, turtle maupun whaleshark, selain itu ada juga paket aktivitas untuk piknik day-trip ke resort.

Maafushi Island yang berada di sisi selatan ibukota Male.

Keesokan harinya kami day-trip ke Rihiveli Beach Resort bersama dengan dua wisatawan asal Rusia. Menuju Rihiveli Beach Resort ini melewati pulau-pulau lain yang cukup cantik untuk dilihat dari jauh. Paket piknik resort dari Venturo yang kami pilih ini meliputi makan siang di resort (namun tidak termasuk minuman). Ada beberapa aturan yang harus ditaati ketika melakukan piknik resort, misalnya tidak diperbolehkan telanjang dada di restoran untuk laki-laki dan beberapa aturan lainnya. Disediakan juga tempat khusus untuk kita membasuh selepas bermain air laut serta menyimpan barang. Meski kita bisa masuk ke hampir seluruh area resort, namun kita tidak boleh mengganggu penghuni resort itu sendiri. Beda resort beda peraturan, jadi perhatikan baik-baik ketika guide-nya menjelaskan.

Resort Rihiveli Island, the real white-powder-sand beach

Malamnya kami menikmati makan malam di pinggir laut dengan beberapa hiasan lampu dan obor, dengan menu tentu saja seafood seharga rata-rata USD 10 per porsi. Keesokan harinya kami mengikuti paket aktivitas air dari Lily Rest Maldives, paket untuk snorkeling di 3 lokasi. Tempat yang dikunjungi adalah sandbank yang tidak jauh dari pulau besar. Jadi ada beberapa fenomena alam yang konon hanya ada di Maldives, yaitu pasir timbul yang tersebar hampir di seluruh kepulauan. Pasir timbul ini bisa berpindah 2 kali setahun Karena perubahan musim. Dari pagi hingga siang hari, kamu bisa snorkeling dan beristirahat atau malah makan siang berdua di sandbank ini, karena saat pasang sandbank ini bisa tertutup air.

Maldives Island Review
Pasirnya bener-bener selembut bedak bayi!

Setelah puas bermain air di sandbank kami melanjutkan snorkeling di banana reef dekat pulau Guraidhoo, kemudian pindah lagi ke spot yang dekat Cocoa Island Resort. Berkunjung ke Maldives ini terasa kurang meski saya sudah cuti cukup lama (5 hari), namun baru sehari berenang di sana kulit saya sudah cukup coklat juga sih. Pasangan Rusia yang bersama kami waktu itu bercerita bahwa mereka sengaja cuti 14 hari untuk mengelilingi pulau-pulau tropis di Maldives. Tips dari mereka yang sudah seminggu lebih lama dari kami, sering-sering pakai sunscreen karena udara dan terik mataharinya benar-benar panas. Kami cukup beruntung ketika berlibur ke Maldives ini tidak sedang peak season, memang waktu pergantian cuaca sih. Sebelum berangkat tadinya kami cukup was-was karena kalau cek di aplikasi cuaca accuweather diperkirakan akan hujan terus.

Sandbank Maldives
Sandbank in the middle of Indian Ocean.


Video kiriman Lingling (@lindaleenk) pada

Kami pulang dari Maafushi dengan naik speedboat menuju Pelabuhan Male International Airport, untuk jadwal speedboat tiap hotel biasanya menyediakan namun hanya satu kali keberangkatan tiap hari (jam bervariasi tergantung vendornya). Ada juga operator tour lokal (iCom) yang melayani transport speedboat ke Pelabuhan Male International Airport, harga sekitar USD 25-30/orang dan seatnya terbatas. Tips: Perhitungkan baik-baik estimasi waktu perjalanan menuju bandara ini, harus spare waktu cukup banyak mengingat kita jarak yang ditempuh kapal cukup jauh. Belum lagi kondisi cuaca bisa saja berubah ketika hari H kita harus ke Bandara.

Male Maldives
Kota Male, ibukota Maldives. Konon berpenghuni 90% laki-laki.

Sampai di Pelabuhan Male, kami disambut dengan hujan dan cuaca mendung gelap. Keesokan harinya juga sama, awan mendung cukup membuat kami lega karena toh kalau kami memaksa extend  juga bakalan mager di hotel. Malam terakhir di Maldives kami sempatkan untuk mampir ke kota Male, oh iya kami menginap di hostel Iberry Inn yang terletak di Hulhumale Maldives malam itu. Souvenir dari Maldives kebanyakan yang saya lihat agak mirip-mirip dengan yang ada di Bali, yang membedakan tulisan Maldivesnya. Yang cukup khas adalah teh Srilanka yang dikemas dalam kemasan kayu dan diberi lukisan Maldives, cukup pantas dipakai untuk oleh-oleh. Soal rasanya saya kurang tau, karena sudah dibagi-bagikan dan yang saya simpan untuk dipajang saja.

Harga oleh-oleh cukup bervariasi mulai dari USD 7 untuk magnet kulkas berbentuk pulau Maldives, yang menurut saya cukup worth it. Ada pengalaman buruk buat saya yang baru sekali dititipin mengirim kartu pos dari luar negeri. Jadi di Bandara Ibrahim Nasir Maldives ada semacam kantor pos lokal yang menjual kartu pos dan jasa pengiriman kartu pos tersebut. Satu kartu pos harganya sekitar USD 5/ kartu, dan waktu itu saya bayar sekitar USD 7 untuk sekalian dikirim ke Indonesia. Mungkin saya juga yang salah karena tidak meminta tanda bukti/ receipt, tapi saya juga sudah bertanya berkali-kali apakah ini sudah cukup, tanpa receipt. Dan penjaganya mengangguk mengiyakan, nyatanya enam bulan setelahnya saya ga tau itu kartu pos berakhir di mana. :|

Makanan di Maldives tidak terlalu jauh berbeda dengan yang biasa kita makan. Menu umumnya seafood, namun nasi goreng, sosis dan telur ceplok menjadi menu andalan kami kalau di hotel. Porsi makan di sini lumayan banyak sehingga saya selalu sediakan box makan supaya tidak mubazir dan bisa sedikit mengirit budget.  Kami juga sempat bawa pop mie, dan ketika jalan-jalan ke supermarket di Hulhumale ternyata popmie juga banyak dijual di sana. :))

Sebagai orang yang wajib online, seperti yang saya tulis di sini dan biasanya tarif roaming cukup mahal, di Maldives kamipun membeli kartu lokal. Ada dua provider internet di Maldives, counternya ada di Bandara Ibrahim Nasir, depan loket Trans Maldivian. Kedua provider tersebut ada Ooredoo dan Dhiraagu. Untuk detail kartu yang kami pakai, kayaknya saya letakkan di postingan terpisah saja ya.

Kesimpulan budget Bulan Madu ala Backpacker ke Maldives:

  1. Ticket USD 700/ 2 orang PP
  2. Akomodasi USD 200 untuk 4 hari 3 madam
  3. Transportasi USD 80/ 2 orang, untuk ferry lokal, speedboat, taksi dan bis dari hari pertama sampai pulang.
  4. Makan USD 50 untuk 4 hari tersebut, ini mungkin bisa bervariasi. Tergantung porsi makan masing-masing orang.

Total berdua USD 1030 untuk 4 hari 3 malam, ini tidak termasuk biaya paket aktivitas air selama di Maldives. Beda orang bisa berbeda juga budgetnya, bisa lebih murah ataupun lebih mahal. Meski tidak terlalu backpacker banget, namun masih lebih terjangkau.

Maldives terletak di
See you again, Maldives!

Oh iya, pengalaman buruk saya hanya di kantor pos bandara tersebut, kalau di pulau lokal malah saya senang banget. Ya kalau masalah pelayanan plus minus pasti ada, tapi yang bikin saya kagum penduduk lokal di sana benar-benar sadar wisata. Tidak ada pengalaman pungutan liar selama mengikuti paket tour aktivitas dari beberapa vendor. Tips : Kalau berencana ke Maldives, hindari weekend karena ferry biasanya akan sangat penuh dan tidak nyaman. Juga jadwal Ferry libur setiap hari Jumat.

Lalu kapan 'best time to go to Maldives'? Menurut di sini, musim aman untuk ke Maldives itu sekitar bulan Januari sampai April, namun cuaca di sana berbeda dengan Indonesia cukup unpredictable. Waktu tahun lalu hari-hari sebelum kami datang cuaca di Maldives selalu heavy rain, namun setelah sampai heavy rain terjadi ketika kami pulang sampai pagi sebelum pesawat berangkat meninggalkan Maldives. Namun ada juga yang berkata bulan terbaik untuk ke Maldives adalah tergantung dari cuaca lokal, pilihannya bisa Desember sampai April (summer season) dan Mei sampai November (winter season/ lebih banyak kemungkinan akan bertemu hujan).

Bagaimana, tertarik untuk merencanakan bulan madu dengan budget backpacker ke Maldives? Saya sangat merekomendasikan untuk pasangan yang ingin berbulan madu kesana, namun kalau belum punya pasangan bisa pergi dengan grup juga. Anyway Maldives ini negara yang Islam banget, kenapa bisa Islam banget? Di postingan selanjutnya ya.

Kalau masih ada yang mau ditanya silakan ditulis di kolom komen. :)

Ps: You can use this if Indonesian not your language. 
Foto kiriman Lingling (@lindaleenk) pada

You Might Also Like

27 comments:

  1. hmmm cukupan juga ya rupanya. paket snoking berapaan itu lin?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Antara USD 35-50/orang.
      Tergantung vendor tour nya dan paket yg kamu ambil sih, biasanya udah include speedboat, guide, lunch,dan pritilan snorkeling.

      Delete
  2. hadeuuh, udh lama pgn ke maldives... tp pgnnya nginep di rsort yg mengapung itu :D.. makanya tabungan ga cukup2 ini -__-.. kenapa ngotot mw secepat mungkin visit maldives, itu krn aku prnh baca di salah satu artikel, kalo pulau2 maldives ini bakal tenggelam semua dlm 100 thn ke depan :(.. makanya, sebelum tenggelam dan jd sejarah, mnding didatangin dulu ;)

    ReplyDelete
  3. serius itu pasirnya kayak bedak bayi, mbak? ebusettt, yasalaamm kerennn bangetttt ngettt. Birunya itulhoo ndak nguattinn :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyak, meski tidak di semua pulau.
      resort yang kami datangi itu pasirnya lembut
      bahkan yang tinggal tidak diperbolehkan menggunakan alas kaki. enak banget napak disitu :))

      Delete
  4. Memang benar kalau Pulau ini menjadi impian setiap orang,,,, soalnya cantik sekali sieh. Wah bener - bener informatif mbak,,,, berarti sekarang ke Maladewa nggak mahal - mahal amat yaw.... Dengan adanya sunami ternyata memebawa berkah bagi para pelancung sepertinya. Eh itu mata uangnya kalau salah baca bisa menjadi Indonesia itu rupiah,,,, mantabe' dah Mbak

    ReplyDelete
  5. Isssh keren. :D Kapan bisa ke sana, ya? Pingin nyentuh pasirnya.

    ReplyDelete
  6. indahnyaaaa, jadi pengen ke sana

    ReplyDelete
  7. Tempo hari sempat mau pesan Tiger Air, tapi gagal karena mikir hotel di sana mahal banget. Rupanya tidak ya (setelah baca ini). Agak menyesal sih jadinya. Kemarin kami dapat PP 4,5 juta (itu murah, Ndak?)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kamu berapa orang yg mau kesana? Jangan sendirian ya :|

      Delete
  8. Aku mau kesanaa #Nabung, tiket sekitar 3,5 jutaan pp per orang yaaaa. Tapi konon kata nya ke maldives kalo ngak foya2 di resort agak kurang kece yaaaa ???
    Btw kamu jauh2 kesana, kok yaa makan nasi goreng hahaha #melipir

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sih, kudunya dua minggu biar bs njajal semua resort. Tapi apa daya duitnya belum nyetak sendiri, dan lagi pas aku plg itu beneran ujan mulu seharian. Kalaupun extend ya wassalam di hotel doank :))
      Berencana bakal balik lagi kok, semoga rejekinya masih cukup buat ngebolang ke sana lagi :')

      Delete
  9. tempatnya bagus, dan kalian widih sehat sejahtera sekali, senang melihatnya ^^

    ReplyDelete
  10. karang2 tempat snorkelingnya masih bagus2 gak ling? aih pengen juga ke sana tapi seminggu tetep kurang yaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. bule Rusia yang barengan kami itu aja 14 hari tin, tapi mereka ga belang kulitnya *yaiyalah*

      snorkelingnya bagusss.. ga nyesel hahahahahahaha

      sesuaikan sama dana aja tin, dinikmati.
      Kalau ada rejeki aku ya pingin balik lagi sih benernya hahaha

      Delete
  11. Maldives...
    entah kapan bisa kesana
    :(

    tapi kalau dihitung2, 2011 ke bali seminggu, habisnya kurang lebih sama deh
    ~gak bisa backpacker-an~

    ReplyDelete
  12. Halo mbak, saya berencana mau ke Maldives pasca lebaran tahun ini. Boleh di share mengenai paket data di Maldives kah? Terima Kasih :)

    ReplyDelete
  13. Hi sis....salam kenal dg itha, tanya ya untuk biaya transportnya dari indo sampe ke male, makan perhari dg menu yg sedang lah khas sana terus penginapan per hari dan snorkling dkk brpnya ?? Kalo boleh lagi jauh rincian detailx pengen ngebandingin aja mw pake jasa tour atau backpackeran sendiri 😊tingkyu sis...😘ditunggu ya fast responnya buat reunian kesana

    ReplyDelete
  14. asyik ya bisa jalan jalan ke Maldives ,,... ajak ajak napa ...:)

    ReplyDelete
  15. Tempat yang pengen banget saya datengin, sama seseorang :D

    Salam,
    Gianta

    ReplyDelete
  16. Mba sy kebetulan nympe malam jam 9mlm hari kamis. Besoknya jumat. Jd bingung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa menginap dl di hulumale sih, dan siap-siap beramai-ramai menuju ke Male :)

      Delete
  17. wahh keren kak artikel nya, ooh iya mungkin kalau bingung cari info seputar budget buat honeymoon bisa lho cek kesini https://bit.ly/2NupG4w

    ReplyDelete
  18. menarik banget kak artikelnya. ternyata ke Maldives ga selalu mahal yaa. aku jadi makin pingin deh trip ke Maldives

    ReplyDelete
  19. Paket data yg mbak pakai apa mba dan berapa

    ReplyDelete